Tuesday, 28 June 2016

TKI : RAYA TERAKHIR BERSAMA MEREKA

September 2009

"ini adalah hari raya terkahir kita, susun agenda, buat kenangan terbaik."

Aku adalah seorang TKI di tanah melayu, menginjakkan kaki pertama kali pada akhir Maret 2006. tahun ini genap 3 tahun kujalani lebaran di tanah orang. siapa lagi keluarga kalau bukan teman seperjuangan?

Ada beberapa alasan jika tahun ini aku ingin merayakan hari raya di rumah saja, maksudku hostel, bareng teman serumah. Pertama, tahun ini adalah tahun terakhir bisa merayakan lebaran bersama mereka karena diujung tahun mereka memilih end contract. Kedua, aku ingin mencipta kenangan yang tentu saja bakal indah dikenang ketika kita semua akan pulang nanti. Ketiga, teman serumah, ngadain acara open house, masak aku sebagai tuan rumah pergi begitu saja.
Atas dasar itu akhirnya kuputuskan menolak ajakan kopdar di KLCC dengan teman-teman DIGI chat, meski rayuan hampir tiap malam bersenandung di telinga.

"Ayolah, nduk, ikut saja ke kopdar di Kuala Lumpur. Nanti ongkosnya aku ganti deh." kata mas Bayu di ujung talian.

"Ga bisa, mas, mungkin lain kali saja kita bisa kopdar. raya ini aku ada acara di rumah." jawabku memberi alasan.

Di lain hari, Adiep, kawan chat yang satu Pulau Pinang pun sempat mengajak.

"Nduk, gimana jadi ga raya ke KL?" tanyanya.
"Ga." jawabku singkat.
"Ah, masak ga ikut, buat teman perjalanan aku, ayo ikut aja. Tiket gampang entar aku yang ongkosin."

Atau si Donny, koordinator pembuatan kaos,

"Nduk, pergi aja napa. entar kaosmu gimana? masak kudu kirim pos?"
"Titipin aja sama Adiep, biar nanti kalau balik Pineng diantar ke tempatku."

Tekadku sudah bulat, raya kali ini aku di rumah saja.

Hari-hari terakhir puasa selain disibukkan dengan kerjaan utama di kilang, kami juga disibukkan dengan mengurus keperluaan untuk acara jamuan raya di rumah. Mulai dari beberes rumah , dekorasi maupun pilihan menu yang akan disajikan.

Aku sendiri kebagian tugas membeli pentol bakso di Penang Road. Sehari sebelum raya aku belanja ke sana, kebetulan aku habis masuk malam. Jadi, ketika pagi sampai rumah, trus bersih-bersih dan naik bus ditemani rintik hujan. Aku menikmati perjalananku meski sendirian. Ya, aku selalu lebih senang seorang diri, karena aku merasa bebas untuk berlama-lama di perjalanan.



Malam hari raya,

Suasana rumah riuh, semua penghuni yang tinggal 5 orang berkumpul. Masing-masing pada tugasnya. Merampungkan dekorasi dan menata ruangan, dan juga menyiapkan menu untuk jamuan esok hari. Semua bekerja sama saling membantu satu sama lain. Sesekali aku maupun teman yang lain sibuk dengan teleponnya. Maklumlah, di tanah rantau telepon itu adalah teman setia. (ini aku doang kali ya). Aku sendiri berulang kali mengacuhkan panggilan masuk diteleponku karena ga bisa bagi fokus. Teman-teman chat tahu kalau hari itu aku bakalan sibuk, dan mereka sengaja "mengganggu" dengan menelepon berkali-kali. Alasannya, lagi banyak yang ngobrol .

Menjelang dini hari, beberapa masakan sudah selesai, mata mulai mengantuk, dan raga mulai lelah. Aku sendiri yang sudah sejak kemarin belum tidur sudah mulai menuju ambang batas. Kantuk mulai menyerang, tubuh meminta direbahkan. Hingga tragedi ini membuyarkan mimpi yang mulai datang.
Penghuni rumah heboh, karena gas habis saudara-saudara. Jam 2 dini hari, kedai mana lagi yang buka? Padahal masakan belum selesai. Pasrah... Kalaupun memang harus menunggu esok tiba harus ada yang tidak ikut sholat ied untuk menyelesaikan masakan sebelum para tamu datang. Semua menghentikan aktifitas di dapur hingga mbak Eka datang dengan kabar gembira. Sebuah telepon yang menyelamatkan kami. Ya, karena malam itu mbak Eka menelepon temannya untuk "meminjam" gas dan minta diantarkan segera ke blok kami. Terhuyun-huyun keluar menenteng gas 12kg turun ke lantai dasar, ribut dengan si Pendek, penjaga pintu gerbang, karena dikira hendak melalak di jam "larangan". Sampai kami jelaskan apa yang terjadi pintu gerbang pun dibuka sedikit, setelah tabung gas yang kosong bertukar dengan tabung setengah isi, kami kembali ke rumah di lantai 7. Meski ada lift, tetap saja harus angkat-angkat dari pintu gerbang menuju lift. Perasaan lega bercampur gembira, kantuk tak lagi terasa, akhirnya acara memasak pun selesai dan kami terlelap kelelahan.

Hari Raya

Pagi yang sibuk, mengantri mandi dan persiapan hendak sholat ied. buru-buru karena takut ketinggalan bus yang akan mengantarkan kami ke masjid terdekat dengan hostel kami. Dekat pun adalah sekitar 3 KM, jadi harus bergegas atau ketinggalan. Taxi maupun kereta sapu sangat langka di pagi raya seperti ini.

Sholat ied berjalan lancar, ada haru ketika laungan takbir imam masjid berkumandang, Ini adalah tahun ketiga untukku, tanpa sanak keluarga. kawan-kawan di sinilah keluarga bagiku.





Hari beranjak siang, tetamu mulai berdatangan. Aku kebagian tugas mengatur konsumsi. Duh, pegel rasanya. Karena hari ini spesial pintu gerbang dibuka untuk umum, biasanya ada larangan orang luar laki-laki dilarang masuk, tetapi hari itu bebas, banyak kawan-kawan mbak-mbakku yang datang silih berganti. Rumah yang biasanya cuma berpunghuni 5 orang jadi ramai sekali. Tawa canda dan bergembira. hidangan laris manis tak bersisa.

Menjelang Raya 2016

Lamunanku terkenang kebersamaan dulu. menjalani hari di tanah rantau. Selaksa Doa untuk teman-teman tercinta, semoga kalian selalu dalam kebahagiaan berkumpul dengan keluarga.





‪#‎TKIKreratif‬ ‪#‎BloggerTKI‬

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah berkunjung ^^
semoga bermanfaat.