Adalah masjid yang terletak di pinggir jalan Samas, Bantul,
tepatnya di dusun Jombok. Masjid itu bernama masjid Mu’adz bin Jabal, yang dulu
kala bernama masjid Al-Iman. Pergantian namanya sendiri pasca terjadinya gempa
Jogja pada tahun 2006 silam. Dikarenakan pojok-pojok masjid yang retak sehingga
dibangun ulang.
Tidak seperti masjid kebanyakan, pada bulan ramadhan masjid
ini melaksanakan taraweh dengan dua witir. Kenapa bisa terjadi? Tak lain karena
dalam dusun tersebut ada 2 paham taraweh 11 rakaat dan 23 rakaat.
Pernah dulu ketika emaknya
Lintang kecil, sholat taraweh 8 rakaat kemudian
witir, sedangkan yang hendak 23 rakaat harus menunggu kemudian melanjutkan
lagi. Ada suatu masa di mana shalat taraweh diselang-seling sehari 23 rakaat
sehari 11 rakaat. Kemudian sejak gempa
Jogja pelaksanaan sholat taraweh berganti lagi, 23 rakaat sedangkan yang mau 11
rakaat berhenti di 8 rakaat. Seiring pergantian kepengurusan tahun ini sholat
taraweh kembali pada 2 kali witir, dimana siapa hendak ikut 8 rakaat kemudian
witir dan yang mau 23 rakaat menunggu untuk setelahnya melanjutkan sampai 23 rakaat.
Semoga inilah jalan terbaik bagi semua jamaah di masjid ini.
Semua bisa beribadah dengan nyaman dan khidmat, sehingga perpecahan dapat dihindari.
Semoga Allah senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah bagi kita semua.
Jumlah kata : 196 kata.
assalamualaikum ... salam kenal mba Lintang.
ReplyDeletemasyaAllah ...mengagumkan, dg 2 witir.
semoga jamaahnya semakin banyak, menghidupkan rumah Allah.
terimakasih sharingnya, mbak.
Saya sudah datang ke sini dan membaca tulisan ini
ReplyDeleteTerima kasih telah berkenan untuk ikut meramaikan Lomba Menulis : 1001 Kisah Masjid di blog saya
Semoga sukses.
Salam saya